Fenomena Workaholic telah lama muncul di kalangan para pekerja yang anehnya banyak diantara mereka yang justru merasa bangga disebut sebagai seorang workaholic. Sebagian dari mereka menyamakan workaholic dengan kerja keras, padahal ini adalah dua hal yang berbeda. Apalagi konsep kerja keras juga sudah mulai tergeserkan dengan konsep kerja cerdas.

Selain ada kalangan pekerja yang bangga melabeli diri sebagai seorang workaholic, ternyata tidak sedikit pula yang terpaksa menjadi pekerja workaholic lantaran adanya tuntutan dari perusahaan tempatnya bekerja yang menerapkan konsep hustle culture dalam bekerja.

Hustle culture, seperti yang pernah dibahas dalam portal Taylor’s University, mengindikasikan sebagai suatu budaya kerja yang memaksa pekerja untuk bekerja lebih dari seharusnya oleh atasan, tujuan maupun situasi demi mencapai sesuatu. Perusahaan yang menerapkan konsep hustle culture memiliki kecenderungan untuk menuntut karyawannya tanpa mempedulikan waktu, situasi, kondisi dan beban kerja, yang penting adalah tercapainya tujuan bisnis, sehingga terbentuklah para karyawan yang workaholic atau gila kerja.

Apalagi di situasi pandemi, banyak perusahaan yang menjadikannya alasan untuk mempekerjakan para karyawannya di luar batas karena harus kejar profit dan menutup kerugian akibat dampak negatif pandemi pada bisnisnya. Namun, sebenarnya hal ini justru akan merugikan kedua pihak, baik karyawan maupun perusahaan.

Ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu tentang apa itu workaholic, ciri-ciri, dampak negatif serta cara mengatasinya.

 

Apa Itu Workaholic?

Workaholic adalah keadaan seseorang yang sedang kecanduan kerja dan merasa butuh untuk selalu bekerja. Workaholic juga sering disebut dengan istilah ‘gila kerja’. Bahkan menurut sebuah penelitian diketahui bahwa saat ini, sebanyak 7,8% orang di dunia telah masuk dalam kategori seorang yang workaholic.

 

Ciri-Ciri Workaholic

Seseorang bisa dikenali sebagai workaholic dari ciri-ciri yang terlihat, sebagai berikut:

  • Selalu Mengutamakan Pekerjaan

Selalu mengutamakan pekerjaan tanpa kenal situasi, waktu dan tempat. Bahkan saat libur pun masih menyempatkan diri untuk terus bekerja. Ini merupakan ciri-ciri seorang workaholic yang pernah dimuat dalam laman portal bisnis The Ladders.

 

  • Sibuk tapi Tidak Produktif

Seseorang yang workaholic sering telihat sibuk, bekerja lebih banyak dan lebih lama, namun cenderung tidak produktif, yakni hanya mementingkan kuantitas daripada kualitas kerja, karena sekedar ingin menyelesaikan banyak tugas yang merupakan tuntutan perusahaan maupun hanya untuk mempertahankan harga dirinya.

 

  • Perfeksionis

Ciri-ciri workaholic berikutnya adalah perfeksionis, dimana seseorang akan selalu terlihat serius bekerja, sangat fokus dan tidak mau diganggu dengan hal lain apapun itu karena selalu mendambakan hasil kerja yang maksimal, bahkan mendekati sempurna. Dari sikap ini seringkali memunculkan rasa kurang menghargai orang lain.

 

  • Sangat Ambisius

Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang yang ambisius. Namun, pada seorang workaholic memiliki tingkat ambisius yang sangat tinggi, sehingga rela melakukan apapun demi tercapainya tujuan. Bahkan ia akan merasa stres jika gagal dalam mencapai tujuan tersebut.

 

  • Depresi Saat Tidak Bisa Bekerja

Selain stres saat tidak bisa mencapai tujuan yang diharapkan, seorang workaholic juga akan merasa stres ketika mendapati dirinya berada dalam situasi dan kondisi yang tidak memungkinkannya untuk bekerja. Saat sakit misalnya, seorang workaholic akan tetap bekerja meski sedang dalam perawatan medis.

 

Dampak Negatif Workaholic

Ada beberapa dampak negatif dari workaholic yang bisa dialami karyawan dan juga perusahaan atau bisnis, yakni:

  1. Rawan Gangguan Mental

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh International Journal of Behavioral Medicine menemukan fakta bahwa semakin lama waktu bekerja, maka semakin mudah mengalami stres. Dalam riset lain yang dilakukan oleh Harvard Business Review juga mengungkap fakta bahwa mudah tersinggung, emosi, stres, depresi, gangguan tidur dan cemas menjadi kumpulan gangguan mental yang tidak bisa dikendalikan oleh seorang yang workaholic karena terlalu mengandalkan dirinya sendiri. Bahkan seringkali ia mudah tersinggung dengan candaan rekan kerja sehingga memperburuk suasana kerja dan akan berdampak pada kinerja tim yang kurang optimal.

 

  1. Mudah Sakit

Berdasarkan hasil studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), bekerja terlalu lama atau lebih dari 55 jam dalam seminggu berdampak negatif pada kesehatan. Jantung koroner, darah tinggi, nyeri dada, stroke, diabetes, obesitas dan kolesterol merupakan masalah kesehatan fisik yang mudah dialami oleh seseorang yang workaholic. Hal ini dikarenakan menurunnya metabolisme tubuh akibat sering memaksakan diri untuk terus bekerja dan kurang istirahat. Bahkan, seorang psikolog Amerika Serikat dari Cleveland Clinic, Dr. Adam Borland, juga mengingatkan bahayanya bekerja tanpa batas dengan mengibaratkan seorang workaholic seperti mobil yang mencoba berjalan dengan bahan bakar yang sangat terbatas di dalam tangkinya, sehingga yang dilakukan tidak optimal bahkan berpotensi merusak mesin.

 

  1. Terganggunya Kehidupan Sosial

Sebuah penlitian yang dilakukan oleh American Psycological Association mendapati fakta bahwa seorang workaholic mempunyai lebih banyak konflik dalam kehidupan dan lingkungan kerja serta sulit merasakan kepuasan hidup bahkan tidak memiliki tujuan hidup jika dibandingkan dengan seorang yang tidak workaholic. Sedangkan riset lain yang pernah dilakukan oleh University of North Carolina mengungkap fakta bahwa tingkat perceraian dua kali lipat lebih tinggi pada rumah tangga dengan pasangan yang keduanya atau salah satunya merupakan workaholic. Penyebabnya disinyalir karena seorang workaholic cenderung tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar urusan pekerjaannya, sehingga rawan berselisih paham. Hal serupa juga bisa terjadi di lingkungan kerja dimana terjadi selisih paham antar karyawan yang bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan.

 

  1. Merugikan Perusahaan dan Bisnis

Jika perusahaan mengira bahwa dengan mempekerjakan karyawannya melebihi batas bisa menguntungkan perusahaan, maka ini adalah sebuah pemikiran yang salah. Contohnya, seperti fakta yang pernah diungkap dari penelitian Harvard Business Review, yakni dengan bekerja tanpa batas, maka karyawan akan lebih mudah mengalami gangguan fisik dan mental, sehingga justru akan meningkatkan biaya asuransi kesehatan perusahaan yang tentu merugikan. Selain itu, karyawan yang workaholic cenderung hanya meningkatkan kesibukan tanpa peningkatan produktivitas, sehingga hasil kerja tidak bisa optimal dan hal ini pun justru akan merugikan peusahaan dalam jangka panjang. Kualitas karyawan menurun, sulit untuk memunculkan kreativitas dan ide-ide segar, sehingga perusahaan sulit untuk berkembang. Seorang psikolog, Barbara Killinger dalam tulisannya bertajuk Psycology Today mengatakan bahwa seorang workaholic lebih rentan terkena sindrom burnout yang justru bisa menurunkan kualitas kerjanya.

 

Segera Atasi Workaholic dengan Tepat

Entah karena dorongan dari diri sendiri ataupun karena terdorong oleh adanya paksaan, bukan karena rasa dedikasi pada pekerjaan, maka workaholic atau kecanduan kerja bisa membahayakan kondisi sosial, kesehatan fisik dan mental, serta hasil kerja yang belum tentu bagus. Segera atasi dengan cara yang tepat, antara lain:

  1. Ciptakan Work-Life Balance

Sebisa mungkin bekerjalah dalam batasan waktu yang normal yakni 40 jam per minggu. Batasi pekerjaan, ubah prioritas dalam hidup seperti memikirkan pentingnya keluarga, serta beristirahat secara teratur. Lakukan hal-hal ini agar tercipta keseimbangan antara bekerja dan kehidupan pribadi. Bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Jangan lupa, untuk menikmati waktu istirahat yang berkualitas tanpa memikirkan pekerjaan, seperti tidur, menikmati makanan favorit, bermain game atau aktivitas lain yang disukai dan bisa menyegarkan tubuh dan fikiran.

 

  1. Realistis dan Percaya Diri

Belajarlah untuk tidak selalu mengatakan ‘iya’, katakan ‘tidak’ saat dibutuhkan. Tolak tugas kerja yang melebihi batas kesanggupan diri, atau proyek yang tidak memberikan dampak besar. Delegasikan tugas pada orang lain yang berkaitan, sadarilah bahwa kerja sama akan memberikan output yang lebih optimal daripada hanya selalu mengandalkan diri sendiri. Pahami pula bahwa tidak ada satu pun hal di dunia ini yang sempurna, sehingga wajar jika hasil kerja tak sepenuhnya seperti yang diharapkan. Daripada stres akibat rasa perfeksionis, akan lebih baik untuk lebih percaya diri dan realistis menerima apapun hasilnya dengan tetap berpikir jernih agar dapat mengusahakan langkah berikut yang lebih baik.

 

  1. Memanfaatkan Teknologi Aplikasi Personalia

Manfaatkan teknologi aplikasi personalia untuk membantu agar dapat bekerja secara cerdas dan lebih berkualitas, seperti dengan menggunakan aplikasi personalia Fingerspot.iO. Dengan aplikasi personalia Fingerspot.iO manajemen perusahaan bisa mempermudah karyawan keluar dari masalah workaholic serta menemukan keseimbangan kerja dan kehidupannya dengan tetap menjaga bahkan meningkatkan produktivitas dan kinerjanya, karena aplikasi personalia Fingerspot.iO dilengkapi dengan fitur-fitur, seperti:

 

  • Fitur absensi online dengan teknologi antifake GPS, notifikasi real-time, laporan kerja multi format via ponsel, dan menu Todo sebagai pengingat aktivitas kerja serta Fitur pengaturan jam dan jadwal kerja yang berguna untuk membantu memantau kinerja, produktivitas dan kedisiplinan karyawan secara akurat, serta membantu memastikan bahwa setiap karyawan bekerja secara terstruktur hingga batas waktu yang telah ditentukan.

 

  • Fitur pengajuan izin dan cuti yang fleksibel sehingga karyawan bisa lebih mudah mengajukan izin atau cuti untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya di luar urusan kerja, seperti ketika ada acara keluarga, ingin beristirahat, perawatan medis saat sakit, menunaikan ibadah atau acara keagamaan, atau sekedar ingin berwisata untuk penyegaran tubuh dan fikiran agar bisa kembali bekerja dengan penuh semangat.

 

  • Fitur perhitungan dan transaksi penggajian lengkap dengan kemudahan akses slip gaji online, serta fitur perhitungan BPJS Kesehatan & Ketenagakerjaan yang mudah dan praktis untuk mendukung penjaminan kesehatan seluruh karyawan, sehingga karyawan bisa lebih tenang dalam bekerja. Dan masih banyak lagi fitur-fitur lain yang dapat dimanfaatkan untuk membantu karyawan agar dapat bekerja secara sehat, lebih produktif dan berkualitas, bahkan meningkatkan performanya.

 

Dengan aplikasi personalia Fingerspot.iO manajemen perusahaan bisa lebih mudah dalam menunaikan tanggung jawabnya untuk menciptakan budaya kerja yang cerdas dan sehat bagi seluruh karyawan, sehingga tujuan bisnis lebih mudah digapai dengan tetap mengedepankan profesionalitas dan kebijaksanaan dalam dunia kerja.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *