Pernahkah Anda berpikir, perusahaan yang tak berkembang dan mengalami tingkat turn over karyawan yang sangat tinggi, disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)?

Salah satu komponen dari SDM berkualitas yang perlu diperhatikan adalah menghindari karyawan yang menjadi ‘ulat’ dalam perusahaan atau kerap dikenal sebagai toxic employee. Toxic employee adalah individu yang merupakan karyawan bermasalah dan menyebabkan kerugian perusahaan secara tidak langsung.

Layakanya ‘ulat’ dalam buah, tentunya toxic employee menjadikan perusahaan memiliki celah yang tak terlihat namun berdampak buruk pada akhirnya. Ada beberapa kerugian bagi perusahaan karena adanya toxic employee ini, diantaranya:

  • Karyawan keluar – masuk dengan ritme yang cepat dan banyak (turn over).
  • Menyebabkan lingkungan kerja tidak sehat, padahal perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
  • Membuat lingkungan kerja tak kondusif karena kerap menjadi biang gosip, bahkan pengadu domba.
  • Menghabiskan waktu karyawan lain tanpa hasil yang positif untuk sebuah pekerjaan karyawan.
  • Membuat manajemen kerja berantakan, karena susah diatur dan ditegur.

Lantas, bagaimana mengenal ciri-ciri toxic employee ini? Perhatikan dengan seksama, apakah poin ini dominan pada karyawan Anda?

a. Kerap mengatakan “itu bukan pekerjaan/tanggung jawab/bagian saya”.
b. Selalu berpikir pencapaian sebelumnya sudah baik dan tidak perlu bekerja keras untuk hari ini.
c. Membanggakan pengalaman, padahal pengalaman tersebut tidak berarti dalam peningkatan skill dan pencapaian ke depan.
d. Menjadi provokator terhadap karyawan lain, ketika merasa tidak puas.
e. Memilih untuk bergosip, dibandingkan memberikan kritik atau melakukaan feedback (umpan balik) secara langsung.
f. Menekan karyawan lain untuk tidak bekerja keras, dengan tujuan agar tidak melebihi kapasitas atau kemampuan dirinya.
g. Selalu mengakui kelebihan dan keberhasilan atas dirinya dan tidak memberdayakan serta mengapresiasi kinerja atau pencapaian orang lain.
h. Menyalahkan rekan kerja ketika terdapat masalah dengan hasil kerjasama (team work).

Bagaimana cara mengatasinya?

Mungkin cara termudah yang bisa Anda tempuh adalah memberhentikannya dan mulailah lebih teliti dalam mempekerjakan karyawan baru yang menggantikannya.

Namun, bila ingin mempertahankan karyawan tersebut atas berbagai pertimbangan perusahaan. Maka, Anda perlu melakukan perbaikan atas dirinya. Lakukan 7 cara efektif dalam menangani karyawan beracun (toxic employee).berikut:

1. Tawarkan sumber daya konseling dan cuti

Mengapa harus diberikan hal ini?

Langkah pertama untuk menghadapi karyawan ‘jenis ini adalah dengan melihatnya lebih dekat. Kenali perilaku dan penyebab, mengapa karyawan tersebut bisa menjadi sumber masalah atau karyawan beracun (toxic employee).

Bisa saja mereka mengalami suatu hal yang berat. Seperti, beratnya perjuangan dalam kehidupan pribadi mereka?

Adakah frustrasi dengan rekan kerja?

Keadaan pribadi yang penuh tekanan. Berbagai informasi ini bisa saja didapat dari rekan kerja, atau orang terdekatnya di lingkungan kerja atau bahkan dari dirinya sendiri. Temukan semua masalah yang menyebabkan karyawan Anda menjadi toxic employee.

Seorang manajer, personalia atau mereka yang berada di bidang Human Resource Development (HRD) dapat menggunakan informasi ini untuk memperbaiki orang tersebut, atau menyarankan sumber daya untuk membantu mengatasi akar masalahnya.

Karena itu, sumber daya konseling atau cuti yang berpotensi meringankan beban mereka sangatlah dibutuhkan dan solutif.

2. Sampaikan fakta yang jelas

Dalam banyak kasus, karyawan beracun atau toxic employee tidak menyadari bahwa mereka sesungguhnya pembawa masalah.

Karena itu, jelaskan pada mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah mengganggu. Namun, harus dikatakan secara lugas. Terkait fakta yang detail.

Seperti, daripada Anda mengatakan “Anda menganggu kami semua”, lebih baik Anda katakan “Jangan membuat rapat yang bertele-tele dan membuang waktu kerja karyawan lain” , atau hal lain yang lebih spesifik.

Penjelasan fakta yang lugas ini, akan membuat mereka tahu akan titik masalah pada dirinya. Namun, Anda harus memberikan solusi atas kesalahan yang mereka perbuat.

3. Beri penjelasan konsekuensi atas hal yang mereka lakukan

Apa jadinya bila Anda membiarkan hal-hal berpotensi merugikan terus berlarut-larut dan membuat perusahaan di ambang kehancuran?

Tentu akan ada hal buruk yang bisa menimpa seluruh komponen perusahaan, termasuk masa depan SDM dan karyawan itu sendiri.

Karena itu, jelaskan pada karyawan Anda tentang konsekuensi yang dapat timbul atas perbuatannya.

Pastikan terlebih dahulu, apa yang menjadi prioritas mereka. Apakah hak cuti, besaran upah, bonus atau hal lain yang bisa dijadikan pembanding bila mereka dapat mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih baik.

4. Asingkan toxic employee

Logikanya, bila Anda tidak bisa membuang jeruk busuk diantara jeruk bagus lainnya, maka Anda bisa mengisolasinya. Yakni, memisahkan toxic employee dengan karyawan lain.

Meng’asing’kan toxic employee juga memiliki beberapa trik agar tidak membuat karyawan merasa tak dihargai. Anda bisa mulai melakukannya dengan cara berikut:

• Menata ulang posisi meja kerja.

• Menugaskan proyek baru atau mengulang proyek.

• Menjadwalkan sedikit rapat yang berhubungan dengan banyak pihak.

• Mendorong kegiatan kerja yang lebih banyak dikerjakan di rumah.

Tapi pastikan Anda melakukan hal ini dengan kebijaksanaan. Biarkan karyawan beracun ini mendatangi Anda dengan membawa keluhan tentang karyawan lainnya. Melalui hal ini, Anda dapat menemukan formula yang tepat untuk meminimalisasi komunikasi antar karyawan lain dengan toxic employee ini.

5. Jangan mengganggu pekerjaan Anda

Mengelola toxic employee memang akan menghabiskan waktu dan energi Anda. Namun perlu diingat, jangan sampai membuang banyak waktu dan menjatuhkan prioritas Anda yang lain.

Untuk menangkal hal-hal negatif dan upaya meningkatkan pengembangan usaha, maka Anda harus mengelilingi diri dengan orang-orang yang suportif dan positif. Jadi, lakukan manajemen waktu dan penyelesaian masalah dengan baik.

6. Terimalah kenyataan bahwa tak semua orang dapat berubah

Hargailah jerih payah Anda dalam memperbaiki perilaku toxic employee, dan terimalah kenyataan bahwa tak semua orang dapat berubah.

Diketahui, dari penelitian yang dilakukan Porath tentang ketidaksopanan. Bahwa 4% orang terlibat dalam perilaku semacam ini hanya karena itu menyenangkan dan mereka percaya bisa lolos dari berbagai hukuman terkait hal ini.

Jadi, toxic employee bisa saja sangat menikmati apa yang ia lakukan. Anda pun tidak akan berhasil mengubahnya. Jadi, terimalah. Bila hal ini terjadi, maka harus disadari bahwa Anda tidak akan mampu melakukannya, tak mampu lagi memperbaiki masalah dan mulai mencari respon yang lebih serius. Yakni, berhentikan dia.

7. Dokumentasikan semuanya

Jika Anda menyimpulkan untuk perlu memecat orang tersebut, maka harus mempersiapkan berbagai dokumentasi terkait pelanggaran mereka dan respon serta solusi apa pun yang Anda tawarkan sejauh ini.

Sertakan juga “bahan pendukung”, seperti keluhan formal, informasi yang relevan dari evaluasi kinerja, seperti tinjauan melalui berbagai sumber dan pihak.

Bila tidak dimulai dari sekarang, bisa saja suatu hal yang buruk sedang mengincar perusahaan dan masa depan Anda sebagai salah satu keryawan. Itulah pentingnya, mengapa manajer atau HRD harus mengelola toxic employee dengan baik dan bijak.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *