Apa kamu sedang dalam kepanikan yang luar biasa akibat mewabahnya virus Covid 19 atau Corona?
Bila memang kepanikanmu melebihi batas, baiknya mulailah menenangkan diri. Sebab, berbagai bentuk kepanikan berlebihan akan menyebabkan fenomena sosial yang justru memperkeruh keadaan seperti panic buying yang terjadi saat ini.

Fenomena panic buying ini justru menjadi wabah lain di lingkungan sosial, baik di belahan dunia maupun Indonesia.

Apa yang dimaksud dengan panic buying?
Panic buying
merupakan fenomena membeli dan menimbun berbagai kebutuhan secara berlebihan yang kini menjadi tren akibat wabah virus Covid 19. Masyarakat yang dituntut melakukan berbagai aktivitas dari rumah seperti work from home, belajar dari rumah, belanja dari rumah, hingga semua hal dilakukan di rumah adalah pemicu fenomena ini.

Hal ini membuat mereka merasa harus menyediakan berbagai kebutuhan dengan cara yang brutal. Membeli dan menimbun barang secara berlebihan, bahkan diantara mereka bisa pergi dari toko satu ke toko lain hanya untuk membeli dan menimbun kebutuhan sehari-hari, akhirnya membuat stok  kebutuhan semakin menipis.

Mulai sekarang, hentikan untuk ikut “panic buying”! Karena hal tersebut akan memicu 4 bahaya ini:

  1. Boros
    Membeli barang secara berlebihan pastinya akan membuat Anda lebih boros dan bisa jadi tidak terpakai. Keinginan menimbun berbagai kebutuhan, pasti akan membuat kondisi barang menjadi tidak layak untuk jangka waktu yang lama atau justru tidak terpakai. Coba lebih bijak membelanjakan uang Anda, dan lebih tenang dalam menyiapkan kebutuhan.
  2. Terjadi krisis
    Hal yang mungkin terlihat menjadi langka dan bisa dibilang krisis stok adalah alat pelindung diri (APD) yang harganya kian meroket. Masker, sarung tangan plastik, sabun atau hand sanitizer, hingga jas plastik menjadi langka karena ulah panic buying yang dilakukan masyarakat. Bila permintaan semakin tinggi, maka bahan baku terkait juga akan langka dan menjadi krisis.
  3. Jadi penyakit yang menular
    Fenomena ini bisa jadi wabah baru bagi masyarakat. Bukan merupakan virus mematikan seperti Covid 19 atau Corona, wabah ini lebih ke gangguan psikis yang menular. Mantan Presiden American Psychological Association, Frank Farley menyebut, bila kelompok kecil melakukan panic buying maka orang lain akan terancam dan melakukan hal yang sama.
  4. Persaingan
    Fenomena ini melahirkan ‘psikologi survivalist’ yang membuat masyarakat harus bisa bertahan hidup dan melakukan segala cara untuk bertahan. Bila fenomena panic buying dibiarkan, maka kehidupan sosial masyarakat yang terganggu dan memunculkan persaingan tidak sehat yang menjadi ancaman besar.

Karena itu, hindari panic buying! Kamu bisa menghindari Covid 19 tanpa rasa panic. Mulailah dari diri sendiri untuk bijak membeli kebutuhan, dan tetap menjaga kondisi lingkungan sosial kita tetap stabil di tengah wabah Covid 19 ini. Karena kita harus tetap sehat jasmani dan rohani.

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *